Satu Kesamaan Abah Haji dan Prof Mujib yang Saya Suka

Mujiburrahman

Oleh: Muhammad Bulkini

Belum lama ini buku "Ngaji di Majelis Abah Haji" terbit. Sebuah kata pengantar indah dari Prof Mujiburrahman  mengisi 10 halaman depan buku itu. 

Sebagai penulisnya, saya tentu sangat senang dapat diberi kata pengantar oleh beliau. Terlebih beliau juga mengaku sangat senang dimintai kata pengantar buku itu. Beliau mengatakan, "Saya senang sekali jika ulama ditulis tentang keilmuannya...dst"

Prof Mujib sangat antusias dengan buku yang satu ini. Setelah berbincang cukup lama, beliau menyarankan satu "tema" yang mestinya saya tulis kemudian. Dan betapa terkejutnya beliau, ketika saya mengatakan buku dengan tema itu "on proses." Jempol beliau pun melayang.

***

Dibalik "berjodohnya" rasa senang kami pada buku ini. Prof Mujib tak mengetahui alasan mengapa saya memintanya untuk memberi kata pengantar. Satu dari sekian alasannya adalah: Antara beliau dan Abah Haji memiliki satu kesamaan yang saya suka. Mereka berdua tidak hanya 'alim, tapi juga pandai "menerjemahkan" pembahasan yang berat dalam penjelasan yang ringan.

Jika Prof Mujib dengan esai-esainya yang renyah, Abah Haji dengan penuturan ceramahnya yang ringan. Anda kalau tidak sependapat dengan saya, silakan baca esai Prof Mujib. Googling aja di yahoo (haha). Jika kecanduan, anda bisa memesan buku kumpulan esai beliau. Dijamin memuaskan.

Dan, jika anda tidak percaya betapa ringannya penjelasan Abah Haji, padahal bobot keilmuan beliau juga luar biasa, anda bisa cari di youtube, video facebook, atau bisa menghadiahi buku "Ngaji di Majelis Abah Haji" tulisan saya.

***

Orang cerdas bagi saya adalah orang yang mampu menyederhanakan masalah yang rumit, bukan merumitkan masalah yang sederhana. 

Posting Komentar

0 Komentar