Ulama Tawadhu di Banjarmasin, KH. Taberani Baseri

tabrani baseri


Oleh: Muhammad Bulkini


ADA kejadian menarik di Multaqo Ulama dan Alumni Timur Tengah bersama Syekh Yusri Rusydi Al Hasani di Masjid Jami, Sungai Jingah, Banjarmasin, belum lama tadi. Seorang ulama sepuh Banjar datang dengan tergopoh-gopoh, tidak pakai jubah, juga tak pakai imamah. Beliau dipersilakan segera ke tempat acara, namun meminta izin shalat sunat terlebih dulu.

Setelah salam, ulama itu datang ke kumpulan jamaah yang sedang asyik melantunkan qasidah. Beliau memilih duduk di belakang, menyender di tiang.

Melihat beliau duduk di belakang, segera saja panitia membujuk beliau untuk duduk di depan. Bujukan itu beliau tolak dengan halus. Berulang kali, para ulama muda memintanya untuk duduk di bagian depan, namun ada saja alasan beliau untuk duduk di belakang. (Ketawadhuan seperti itu mulai langka sekarang).

Beliau adalah Drs KH Taberani Baseri, Ketua Badan Pengelola Masjid Raya Sabilal Muhtadin (2008-2010). Jika anda tahu peristiwa jatuhnya pesawat haji di Colombo tahun 1978, beliau dan isteri adalah jamaah yang selamat dari peristiwa itu. Konon, Guru Taberani selamat tanpa lecet sedikit pun.

Ulama kelahiran Amuntai 1938 ini tercatat sebagai penumpang yang selamat bersama 75 jemaah lainnya, sedangkan 175 lainnya meninggal dunia.

Ketika ditanya apa rahasianya? Beliau mengaku tidur dan bermimpi aneh. "Dalam mimpi itu saya berada di Masjid Nabawi, Madinah. Saya melihat orang begitu ramai mengumpulkan jenazah, jasadnya ada yang utuh dan ada yang hanya berupa potongan tubuh," ungkap Guru Tabrani (Tribun.Banjarmasin).

Terbangun dari tidur, beliau kemudian mengajak sang istri untuk shalat jamak. Selesai shalat, musibah itu terjadi.

Lalu apa keistimewaan beliau? Satu yang saya pernah saksikan, beliau istiqomah mengajar di Masjid Jami Sungai Jingah, padahal jamaah yang hadir hanya hitungan jari. Sedangkan di malam lain, puluhan ribu jamaah bersesakan di majelis KH Ahmad Zuhdiannor (Abah Haji).

Abah Haji maupun Guru Taberani adalah orang-orang yang ikhlas mengajar. Mereka hanya melaksanakan "Tugas", dan tak begitu peduli berapa pun jamaah yang hadir.(*)

Posting Komentar

0 Komentar